Trinity of Fantasy

EVERNA Exploring Worlds of Fantasy (English)
http://fireheart-vadis.blogspot.com/
Everna and FireHeart Saga Novels by Andry Chang, research notes and records about worlds of Fantasy/Epic Fiction in general

Fantasy Worlds Indonesia (Indonesian)
http://fantasindo.blogspot.com/
News and updates about Everna Saga - FireHeart Published Novels by Andry Chang in Indonesian Language
and reviews about Indonesian fantasy fiction writers, aspiring writers and creators in general

EVERNA Codex Evernium (English-Indonesian)
http://evernade.blogspot.com
EVERNA SAGA Wiki, Lore and Encyclopedia
Come forth, Paladins! Fulfill Your Destiny!

Explore Everna With Google

Google

EVERNA Tiga Jalan - Andry Chang

Memperkenalkan Arcel Raine,
Character Brand Ambassador Everna Saga

Andry Chang

Di mana aku?
Kali berikut mata ini terbuka, tampaklah sebuah jalan setapak. Kususuri jalan yang membelah hutan gelap itu hingga mencapai tempat terbuka. Rambut merahku berkibar diterpa angin malam.
Mata cokelatku terbelalak. Di hadapanku terbentang sebuah kastil yang tak lebih besar dari kastil bangsawan kasta menengah. Anehnya, dinding kastil itu terbuat dari batu-batuan istimewa, hingga tampak gemerlap memantulkan cahaya rembulan. Firasat mendorongku memasuki kastil yang gerbangnya terbuka itu.
Saat menyusuri koridor demi koridor, kutatap dua deretan cermin yang tergantung sepanjang dinding. Uniknya, bukan bayanganku yang tampak di cermin, melainkan beragam citra.
Hampir tiba di tengah balairung bundar kastil, aku terkejut oleh kemunculan seekor kuda hitam raksasa Seketika, segala kenangan buruk membanjiri benakku, menderanya tanpa jeda.
Lantas akalku terbit. Kupusatkan pikiran pada kenangan-kenangan termanis dan mimpi-mimpi terindah. Kutatap mata kuda hitam itu sambil mengentakkan tenaga dalam. Kuda itu meringkik nyaring. Seketika, kenangan terburuk sepanjang hidup menyerbu benakku. Itu adalah saat guru membunuh ayah di depan mata. Teriring satu bisikan, “Menyerah sajalah! Kau takkan mampu mencegah hal-hal terburuk terjadi, termasuk kematianmu sendiri! Biarkanlah maut menjemput nyawamu!”
 “Ini bukan akhirat, kan? Ini bukan akhir perjalananku! Aku tak menyerah pada Mephistopheles, mengapa aku harus menyerah padamu?” Sambil mengentakkan energi pamungkas, kupusatkan pikiran pada kenangan yang mengatasi kenangan terburuk itu, yaitu pesan terakhir ayah padaku untuk memilih jalanku sendiri dan menjalaninya sampai akhir.
Tubuh si kuda hitam terhantam keras oleh energiku hingga terpelanting dan tersuruk di lantai. Lalu ia bangkit, mengepakkan sayap dan terbang pergi lewat jendela besar balairung yang terbuka. “Sial, ia jauh lebih kuat dari dugaanku,” rutuknya.
Kuhela napas lega.
“Wah, kau berhasil mengusir Nightmare, si penjaga mimpi buruk di Kastil Mimpi,” ujar seorang wanita yang menghampiriku dari ujung balairung. Kulitnya sawo matang dan jubahnya berwarna-warni. “Kau sudah lulus Ujian Mimpi. Siapa namamu?”
“Arcel Raine,” sambungku. “Tapi apa aku masih di Everna? Yang terakhir kuingat aku terjebak dalam ledakan saat bertarung melawan Mephistopheles.”
“Kini kau ada di Limbo, ranah antara alam baka, alam fana dan antar dimensi. Namaku Auryn, dan aku salah seorang dari lima Tetua Agung Kastil Mimpi.”
Aku terkesiap. “Jadi, apa aku sudah... tewas?”
Auryn menggeleng. “Berkat kehendak Vadis kau kini masih hidup. Namun, kini kau harus memilih antara tiga jalan ini.”
Tiga cermin muncul di depanku. “Maksudmu?” tanyaku.
“Tiga jalan ini menuju tempat untuk melanjutkan hidupmu. Lihat baik-baik satu per satu.”
Saat menatap cermin pertama, tampak sosok Vanessa, gadis elf yang pernah jadi kekasihku di Ishmina. Pilihan jalan hidup yang berbeda membuat kami terpaksa berpisah.
Di cermin kedua ada Genna Kapadokios, gadis berkacamata dan berambut perak yang tengah menangisi diriku. Ia mengira aku telah tewas bersama Raja Iblis, Mephistopheles.
Di cermin ketiga, tampak seorang gadis manis berambut ungu panjang. Raut wajahnya pucat, seakan ia dalam bahaya.
“Nah, jalan apa yang akan kaupilih?” tanya Auryn.
Aku terdiam sejenak, lalu menjawab, “Aku sudah tak bisa lagi bersama Vanessa. Dengan Genna, mungkin aku akan hidup tenang. Tapi kurasa aku terpanggil menolong gadis berambut ungu itu. Jadi, pilihanku adalah cermin ketiga.”
Auryn mengangguk sambil tersenyum. “Silakan, Arcel Raine. Ukirlah legenda baru di dunia dan dimensi lain.”
“Terima kasih, Auryn,” jawabku sambil melangkah ke dalam portal antar dimensi di cermin ketiga.
Aku belum paham kalimat terakhir Auryn tadi. Namun aku mendapat firasat, perjalananku sebagai musafir antar ranah dimulai di sini.
Di Kastil Mimpi.

Versi lain  diikutsertakan dalam Tantangan Menulis Kastil Mimpi (Facebook/Instagram). #TMKM_19
Kisah ini terbit dalam antologi Everna Saga: Tapal Batas.

Comments

Popular Posts