VadisReview - Assassin's Creed - Renaissance (Indonesian Edition)
VadisReview
Assassin’s Creed – Renaissance
(Article is in Indonesian Language)
(Article is in Indonesian Language)
Penulis : Oliver Bowden
Edisi Bahasa Indonesia : Ufuk Press (Fantasious) – www.ufukpress.com
Penterjemah : Melody Violine
Penyunting : Helena Theresia
Pemeriksa Aksara : P. Wahyu & Daniel
ISBN : 978-602-8801-21-8
Doktrin Pembunuh Bayaran lahir Kembali
“Aku akan membalas mereka yang mengkhianati keluargaku.
Namaku Ezio Auditore da Firenze. Aku seorang pembunuh bayaran…”
Setelah dikhianati oleh keluarga-keluarga yang berkuasa di Italia, seorang pria muda memulai perjalanan pembalasan dendam nan panjang. Demi memberantas korupsi dan mengembalikan kehormatan keluarganya, Ezio mempelajari seni pembunuh bayaran.
Dalam perjalanan, Ezio membangun kembali pemikiran-pemikiran bijak seperti Leonardo da Vinci dan Niccolò Machiavelli. Ia tahu bahwa kesempatan bertahan hidup bergantung penuh pada ilmu-ilmu yang harus dikuasainya. Bagi sekutunya, Ezio menjadi kekuatan perubahan yang bertarung demi kebebasan dan keadilan. Bagi musuh-musuhnya, dia menjadi ancaman demi menghancurkan para tiran yang memperlakukan rakyat Italia dengan kejam.Kisah kepahlawanan tentang kekuatan,
pembalasan, dan konspirasi, kini dimulai...
KEBENARAN AKAN DITULIS DENGAN DARAH
“Aku akan membalas mereka yang mengkhianati keluargaku.
Namaku Ezio Auditore da Firenze. Aku seorang pembunuh bayaran…”
Setelah dikhianati oleh keluarga-keluarga yang berkuasa di Italia, seorang pria muda memulai perjalanan pembalasan dendam nan panjang. Demi memberantas korupsi dan mengembalikan kehormatan keluarganya, Ezio mempelajari seni pembunuh bayaran.
Dalam perjalanan, Ezio membangun kembali pemikiran-pemikiran bijak seperti Leonardo da Vinci dan Niccolò Machiavelli. Ia tahu bahwa kesempatan bertahan hidup bergantung penuh pada ilmu-ilmu yang harus dikuasainya. Bagi sekutunya, Ezio menjadi kekuatan perubahan yang bertarung demi kebebasan dan keadilan. Bagi musuh-musuhnya, dia menjadi ancaman demi menghancurkan para tiran yang memperlakukan rakyat Italia dengan kejam.Kisah kepahlawanan tentang kekuatan,
pembalasan, dan konspirasi, kini dimulai...
KEBENARAN AKAN DITULIS DENGAN DARAH
Sang Musafir Jadi Assassin?
Resensi - Parodi oleh Andry Chang
Nah, setelah lama tak keliling dunia-dunia gara-gara berkutat ketat membentuk liga superhero di negeri sendiri, Sang Musafir menyempatkan diri “turun gunung”. Menggunakan kekuatan supernya, kali ini beliau melintas waktu ke abad ke-15. Tempatnya di Bumi, Benua Eropa di Zaman “Kelahiran Kembali Budaya” abad ke-14 sampai ke-17 Tahun Tuhan Kita – yang lebih terkenal dengan sebutan Zaman Renaissance. (http://en.wikipedia.org/Renaissance)
Salah satu pusat perkembangan budaya Eropa ini adalah di Italia, tepatnya di Republik Florence, Republik Venesia dan Kebangsawanan Milan. Tempat pertama yang dikunjungi Sang Musafir tentunya adalah sebuah benteng di Kota Monteriggioni, dekat Negara-Kota Florence.
Tiba-tiba, seorang pria keluar dari dalam benteng dan menyambut Sang Musafir. “Aha, sobat dari jauh! Anda pasti kemari untuk tes masuk pasukan condottieri, ‘kan?”
“Apa? Kondominium?”
“Bukan, condottieri. Anda tentu tahu artinya.”
Berhubung Sang Musafir bukan orang Italia, urusan “bahasa dewa” ini bisa jadi menyulitkan. Untunglah Sang Penterjemah dan Sang Editor sudah menyiapkan daftar istilah bahasa Italia di “buku petunjuk” (ya Novel AC Renaissance, lah!), beserta terjemahannya.
“Oh ya, benar, wawancara untuk bergabung dalam pasukan serdadu bayaran.”
“Bagus, silakan masuk.”
Sambil menarik napas lega, Sang Musafir masuk mengikuti pria itu ke sebuah auditorium.
“Perkenalkan, nama saya Mario Auditore. Siapa nama anda?”
“Cukup panggil saya ‘Sang Musafir’.”
“Baik Mus Afir, untuk pelancong antar-dunia seperti anda, tes masuknya mudah, satu pertanyaan saja. Saat pertama kali melihat judul ‘Assassin’s Creed’ baik di novel maupun gamenya, pikiran apa yang pertama terlintas?”
Sang Musafir terdiam sejenak, lalu menjawab, “Assassin adalah pembunuh bayaran atau pembunuh gelap yang amat terlatih, yang pada umumnya membunuh orang tertentu dengan imbalan uang.”
Mario tertawa. “Hahaha, memang… pada umumnya. Namun ada juga kelompok-kelompok Assassin yang membunuh orang sebagai ritual gaib, ada pula para psikopat.”
“Lantas, apakah kalian termasuk Assassin macam itu semua?” Sang Musafir mulai was-was.
“Oh, tidak. Ajaran Assassin yang sesungguhnya adalah prinsip membela kebenaran dengan segala cara, dan membunuh sebagai pilihan terakhir bila cara-cara lain gagal. Dengan kata lailn, ‘Tiada yang benar, semua cara dihalalkan’.”
“Jadi, bila cara-cara yang ‘benar’ tak mampu mengatasi ‘ketidakbenaran’, terpaksa harus lewat jalan ‘sesat’ dan ekstrim? Melawan hukum, norma, agama, bahkan melumuri diri dengan darah dan dosa?” Setidaknya, itulah penafsiran Musafir.
Mario hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum meyakinkan. Lantas tiba-tiba ia berseru, “Luigi, tolong kemari, bawakan biscotti dan caffè untuk amico mio, temanku ini!”
Luigi lantas masuk ke auditorium sambil membawa biskuit dan kopi. Wajahnya amat mirip Mario walau lebih tirus, dan penampilannya lebih mirip tukang ledeng daripada serdadu bayaran.
“Nah, dengan ini anda lulus ujian sebagai murid Assassin. Walaupun sesungguhnya perlu latihan dan komitmen pada Ajaran selama bertahun-tahun sebelum anda boleh beraksi di lapangan,” ujar Mario dengan ekspresi serius. “Nah, silakan anda ikuti sepak-terjang keponakan saya, Ezio Auditore. Rasakan semangat perjuangannya dan selamat terus membaca, assassino!”
Selanjutnya, Sang Musafir menghabiskan jam-jam “kunjungannya” dengan menyimak dan berhasil “dibuat terlibat” dalam aksi Ezio, si pahlawan Assassin. Misinya jelas, yaitu menyingkirkan satu-persatu pion dan biji catur dalam “perang terselubung” antara Ordo Assassin dan Ordo Templar. Dengan kata lain, bagai “domba berbulu serigala” lawan “serigala berbulu domba”.
Ada daftar nama-nama “buruan”, dari pion hingga si pemimpin tertinggi. Ditambah ada pula halaman-halaman Codex (Kitab Assassin) berisi petunjuk-petunjuk ala puzzle ke arah sebuah ramalan dan dua pusaka sakti berkekuatan supranatural. Faktor supranatural dan sisipan unsur mitologi inilah yang membuat AC jadi bergenre Historical Fantasy.
Singkatnya, perjuangan Ezio Auditore dan para Assassin “membersihkan” tirani di Italia dalam rentang waktu 20 tahun “dipadatkan” dalam novel AC Renaissance ini. Fokus ceritanya konsisten pada “daftar nama sasaran” Ezio Auditore, dan apakah Ezio berhasil “mencoret” nama-nama itu satu-persatu. “Sifat alami” profesi pembunuh gelap (assassin) ini memang erat kaitannya dengan ketegangan, misteri, pertarungan yang seru dan cenderung brutal dan pengambilan keputusan yang cepat, menentukan hidup atau mati setiap saat.
Beberapa kata kontekstual yang diterjemahkan secara harafiah, serta typo (salah ketik) yang bertebaran seperti ranjau sempat membuat Sang Musafir sedikit “tersandung-sandung”, namun itu tak signifikan dibanding rasa penasaran, tegang dan seru yang membuat beliau enggan menutup buku kecuali bila ketiduran.
Yang juga tak kalah menariknya adalah hadirnya tokoh-tokoh berkarakter menarik sekaligus manusiawi, antara lain:
Ezio Auditore
Sebagai tokoh utama, ia harus belajar untuk melihat lebih jauh daripada hasrat untuk membalaskan dendam keluarganya. Keteguhan pada prinsip dan jati dirinya itulah yang akan menuntun Ezio memenuhi takdir sejatinya.
Rodrigo Borgia (Paus Alexander VI)
Kemampuannya untuk menyelubungi emosinya dengan ketenangan dan diplomasi kepala dinginnyalah yang menuntun Rodrigo, si orang Spanyol menuju kesuksesan.
Untuk mengenalnya lebih lanjut, kunjungi http://en.wikipedia.org/wiki/Pope_Alexander_VI
Untuk mengenalnya lebih lanjut, kunjungi http://en.wikipedia.org/wiki/Pope_Alexander_VI
Leonardo da Vinci
Membuktikan dirinya sebagai sahabat yang dapat dipercaya. Pengendalian rasa ingin tahu inilah yang membuat Leo lebih fokus ke takdirnya sendiri, yaitu menjadi ilmuwan sekaligus seniman terbesar di Zaman Renaissance.
Untuk mengenalnya lebih lanjut, kunjungi http://en.wikipedia.org/wiki/Leonardo_da_Vinci
Untuk mengenalnya lebih lanjut, kunjungi http://en.wikipedia.org/wiki/Leonardo_da_Vinci
Caterina Sforza
Kelebihan wanita bangsawan penguasa Kota Forli di Milan ini adalah kekuatan otoritas, kharisma dan kata-katanya. Walau terkesan sangat cerewet dan moralnya cenderung “bobrok”, namun hidupnya sangat terarah demi kepentingan rakyat dan keluarganya.
5 Niccolo Machiavelli
Filsuf yang amat terkenal di Zaman Renaissance, pengarang buku “Il Principe”(Sang Pangeran) ini sering tampil sebagai penasihat, dan kadangkala membantu memperkuat mental para rekannya lewat pencerahan-pencerahan. Bahkan pembacapun bisa “tercerahkan” oleh pemikiran filosofisnya ini.
Untuk mengenalnya lebih lanjut, kunjungi http://en.wikipedia.org/wiki/Niccolò_Machiavelli
Untuk mengenalnya lebih lanjut, kunjungi http://en.wikipedia.org/wiki/Niccolò_Machiavelli
Lorenzo de' Medici
Negarawan Italia, Duke (setara Pangeran) pemimpin Kota Florence. Digambarkan sebagai pemimpin yang cukup arif bijaksana. Ia harus menghadapi lawan-lawan politik yang bobrok yang berambisi untuk menggulingkannya, diantaranya faksi Pazzi: http://en.wikipedia.org/wiki/Pazzi
Untuk mengenalnya lebih lanjut, kunjungi http://en.wikipedia.org/wiki/Lorenzo_de%27_Medici
Setelah menutup halaman terakhir AC Renaissance, Sang Musafir sempat merenung sejenak. Ordo Assassin tipe pembela kebenaran ini ada karena keekstriman Ordo Templar yang “melenceng dari jalan sejatinya”.
Bagaimana bila di zaman modern asal Sang Musafir ada organisasi ekstrim semacam Templar merajalela, menebar teror dan tirani di mana-mana? Haruskah Kredo, Ajaran Assassin muncul kembali? Atau bilamana cara-cara “beradab” tak mampu mengatasi kezaliman, haruskah cara-cara ekstrim digunakan? Hak asasi sekelompok orang dikorbankan demi membela hak asasi lebih banyak manusia?
Waktulah yang telah dan akan menjawabnya dan membuktikannya.
Walau tak tercatat dalam sejarah, namun legenda akan selalu mengenang mereka semua yang berjalan dalam bayangan.
Dalam prinsip Assassin’s Creed.
Review dan keterangan lebih lanjut tentang buku ini di Goodreads.com:
Link ke buku:
My rating: 5 of 5 stars
View all my reviews
Comments